batik gaul mengucapkan terima kasih atas kunjungannya, semoga berma
nfaat, kritik dan saran untuk membangun. Kontak person 085869178752

Sabtu, 07 Mei 2011

Batik dengan Warna Alami

 

Penggunaan zat warna alam dari bahan tumbuhan untuk membuat batik sebenarnya sudah dilakukan oleh nenek moyang sejak mereka menciptakan batik pertama. Tak hanya mampu menepis anggapan batik sebgai biang perusak lingkungan ekosistem melainkan hasil produk karyanya mampu dijual dengan harga mahal dibanding zat sintetis atau kimia. Untuk dapat memproduksi batik dengan warna alam membutuhkan waktu cukup lama bahkan sampai membutuhkan waktu sampai dua bulan dalam satu potong kain batik. Dalam proses pewarnaan pun tidak sekali jadi melainkan harus melalui beberapa tahap dan dilakukan secara berulang-ulang sampai 50 kali agar dapat menghasilkan warna yang sempurna sesuai dengan desain motif.   

Kemunculan produk batik warna alam mampu memberi warna tersendiri bagi industri batik di beberapa wilayah sentra batik pantura. Batik warna alam memiliki keunggulan dari pewarnaan sintetis. Sebuah motif 

Perkembangan Batik Lasem jawa Tengah

 
batik_lasem_5
batik_lasem-6 Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah merupakan sakah satu sentra pengrajin dan penghasil batik tulis di wilayah pantura setelah Pekalongan dan Cirebon. Batik Lasem mempunyai spesifikasi yang tidak ada duanya di dunia. Bahka batik Lasem merupakan hasil perpaduan yang bersifat multikultur. Ada budaya Jwa, China, Champa, Belanda, dan Islam. Hasil perpaduan tersebut merupakan andil kedatangan para imigran yang datang ke Lasem pada abad ke-14. Awalnya batik Lasem hanya dipakai oleh orang-orang kalangan elit saja. Tetapi dalam perkembanagannya batik Lasem kemudian merakyat dan ddiproduksi dalam jumlah banyak pada abad ke-16.

Geliat usaha batik Lasem mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan tahun 2000-an. Setelah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia, kemudian kebijaksanaan pemerintah yang menjadikan batik sebgai pakaian nasional, usaha batik tulis Lasem semakin marak, seperti di desa-desa sentra batik lainnya desa Pancur, Karasjajar, Doropayung , dan Dusun Kragan.

Menurut catatan sejarah Babad Lasem, batik tulis Lasem kali pertama dirintis oleh putri Na Li Ni, istri Bi Nang Un, yaitu salah seorang nahkoda kapal dalam armada Laksamana Ceng Ho pada 1413 M. Silang budaya warga China dan pribumi menjadikan batik tulis Lasem semakin kaya motif. Misalnya motif fauna burung hong, peksi huk, naga, kilin, ayam hutan, ikan emas, kijang, keleawar, kupu-kupu, kura-kura, ular, udang, dan kepiting.  Sementara motif lokal misalnya latohan dan watu pecah memberi nuansa tersendiri pada perkembangan motif batik tulis Lasem. Adapun motif jawa yang mempengaruhi batik Lasem adalah motif geometris khas batik kerajaan yanag berkembang di Solo dan Yogyakarta, Banyumas dan Cirebon.Batik Lasem memiliki kekhasan pada pewarnaannya. Perbedaan mencolok batik Lasem terlihat pada warna merah darah ayam, biron (biru tua), dan hijau tua.
 

Batik Antik yang Asyik

 
Indonesia merupakan negara  yang multi etnis dengan berbagai  macam agama dan bahasa serts budaya yang beraneka ragam termasuk motif batik teradisional dan batik modren.