batik gaul mengucapkan terima kasih atas kunjungannya, semoga berma
nfaat, kritik dan saran untuk membangun. Kontak person 085869178752

Kamis, 04 Februari 2010

Perkembangan Batik di Kota-kota lain

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa..

Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam.
Perkembanagan batik di kota Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro setelah selesainya peperangan tahun 1830, mereka menetap di daerah Banyumas. Pengikut Pangeran Diponegoro yang terkenal pada masa itu adalah Najendra dan dialah yang mengembangkaan  batik celup di Sokaraja. Bahkan mori yang dipakai untuk membatik adalah hasil tenunan sendiri dan obat pewarnanya dipakai pohon Tom, pohon pace, dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan  kuning. Sama halnya dengan pembatikan di kota Pekalongan. Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan desagnya banyak dipengaruhi oleh batik dari Demak Bintoro. Perkembangan batik di kota Tegal yaitu pada akhir abad ke-XIX yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan misaslnya : pace/mengkudu, nila, soga, kainnya buatan sendiri. Warna batik Tegal pertama kal ialah sogan dan babaran abu-abu setelah setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi warna merah biru. Pasaran batik Tegal waktu itu, sudah keluar daerah antara lain Jawa Barat, dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha dengan jalan kaki, dan mereka inilah menurut sejarah yang mengembangkan batik di kota Tasik dan Cimai, disamping pendatang-pendatang lainnya dari kota-kota batik di Jawa Tengah. Sedang di wilayah Cirebon, batik ada kaitannya dengan kerajaan yang ada di daerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. 

Pembatikan di kota Purworejo bersamaan dengan adanya pembatikan di Kebumen, yaitu berasal dari Yogyakarta, sekitar abad ke-XI. Perkembangan kerajinan batik di Purworejo dibandingkan dengan di Kebumen lebih cepat di Kebumen. Produksinya sama pula denga Yogyakarta dan daerah Banyumas lainnya. Pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogyakarta dalam rangjka dakwah Islam.

Di daerah Bayat, Kecamata Tembayat Kebumen - Klaten yang letaknya lebih kurang 21 km sebelah timur kota Klaten. Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak di kaki gunung yang tanahnya gersang dan minus. Daerah ini temasuk lingkungan daerah Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten. Riwayast pembatikan di daerah ini adalah erat  hubungannya dengan sejarah kerajaan Kraton Surakarta masa lalu.

Pembatikan di Jakarta 

Jakarta masa lalu adalah menjadi tujuan pedangan-pedagang dari luar Jawa, maka batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di luar Jawa. Daerah Sumatra Barat misanya, khususnya daerah Padang, adalah daerah yang jauh dari pusat pembatikan di kota-kota di Jawa, tetapi pembatikannya bisa berkembang di daerah lain.

Sunatra Barat ternasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia I, terutama batik-batik produksi Pekalongan, Solo, dan Yoghyaakarta. Yang terlebih dulu berkembang adalah industri tenun tangan yang terkenal adalah "Tenun Silungkang" dan "Tenun Plekat". Warna dari pada batik Badang kebanyakan hitan, kuning, dan merah ungu serta polanya Banyumasan, Indramayunan, Solo, dan Yogyakarta. Sekarang batik produksi Padang lebih maju lagi, tetapi masih jauh dari produksi-produksi dari Pulau Jawa. Alat untuk batik cap sekarang telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.

Batik  di Era Globalisasi 

Dalam perkembangannya, lewat sentra-sentra batik di Jawa maupun di luar Jawa seperti di Sumatra, batik semakin kokoh perannya sebagai saksi budaya adiluhung yang sangat penting ketika aktivitas kolonial;isme dan dominasi modernisasi barat mulai kuat hadir dalam panggung sejarah Indonesia. Revolusi seni yang terjadi sejak tahun 1960 di Indonesia telah memberi dorongan bagi seni lukis batik untuk kian berkembang. Akibat proses globalisasi dunia, seniman batik Indonesia tidak lagi terpaku pada inspirasi lokal semata, namaun juga dipengaruhi secara  kuat oleh seni barat yang bagi penulisnyamemperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.